Mencintai lingkungan hidup dan melestarikan sumber daya alam harus dimulai sejak dini. Mengapa? Karena generasi muda adalah penerus. Mereka akan melanjutkan kehidupan selanjutnya dari apa yang kita wariskan sekarang. Bumi yang kita tempati adalah anugerah dari Tuhan yang wajib kita jaga, kita pelihara, dan kita cintai. Tentu kita tidak ingin mewariskan kondisi alam yang rusak kepada anak cucu kita nanti. Bumi tempat tinggal kita adalah tempat untuk kelangsungan hidup anak cucu generasi mendatang. Tak hanya milik umat manusia namun juga milik seluruh mahluk ciptaan Tuhan.
Bagaimana agar kita
peduli apa yang terjadi pada bumi sekarang ini? Bagaimana agar kita dan
anak-anak kita sadar bahwa perubahan yang kita lakukan terhadap alam
sekitar, terutama pada sumber daya alam, mengakibatkan perubahan pada
iklim di bumi kita, pemanasan global, dan menurunnya kualitas elemen
pendukung kehidupan kita; air, tanah, dan udara. Pendidikan, kampanye,
dan ajakan hendaknya dijalankan oleh semua elemen masyarakat, baik dari
pemerintah, pendidik, aktivis dan masyarakat umum. Sehingga setiap unsur
dari masyarakat mendapat pengetahuan tentang pentingnya pelestarian
lingkungan, dan mengetahui dampak dari setiap perbuatan yang tidak
bertanggungjawab pada sumber daya alam, akan mengakibatkan kesengsaraan
bagi kita sendiri, dan warisan yang buruk bagi anak cucu kita nanti.
Mengajak anak di rumah
untuk mencintai lingkungan dapat dimulai dengan menanam pohon bersama,
memelihara bunga-bunga, menghemat penggunaan air dan listrik, serta
membiasakan membuang sampah dengan memilah-milahnya, dan belajar membuat
kompos. Sambil memelihara tanaman, anak-anak dapat belajar mengenai
pentingnya penghijauan. Hubungan dengan pelajaran di sekolah,
pendidikan agama, dan kecintaan pada lingkungan hidup dapat dibahas dan
dilakukan beserta prakteknya dengan melakukan hal-hal di atas
bersama-sama. Merawat bersama-sama tanaman dan tumbuhan merupakan
kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan dan dapat dilakukan bersama
oleh setiap anggota keluarga.
Setiap hari libur, kami
di rumah membiasakan diri untuk merawat halaman dan kebun kecil kami,
dimana terdapat pepohonan dan bunga-bungaan. Sambil bekerja, saya
memberitahukan nama-nama pepohonan, baik nama daerah maupun nama latin
kepada anak-anak. Namun untuk menumbuhkan kreativitas dan rasa memiliki,
jadilah pohon-pohon dan ikan-ikan di kolam kami, memiliki nama unik
sendiri-sendiri. Anak saya di rumah menamai pohon durian kami dengan
nama Marjum, dia menyayangi pohon durian yang dia tanam itu dengan
menyiraminya dan melakukan pemberian pupuk secara rutin.
Selain menanami halaman
dengan pepohonan, mengajarkan anak untuk menghemat air dan penggunaan
listrik, anak pun dibiasakan untuk membawa bekal minum ke sekolah dengan
wadah sendiri. Kenapa? Agar tidak banyak sampah plastik yang dibuang
dari pembelian minuman. Sayang sekali di kota kami tidak ada counter
pembelian air minum otomatis, dimana kita dapat membeli minum dengan
memasukkan koin dan meletakkan wadah yang kita bawa pada keran yang
mengucurkan air bening sesuai pembelian kita. Bahkan lebih baik lagi
apabila gratis.
Saya sendiri saat ini
selalu berusaha untuk membawa kantung belanjaan sendiri untuk
berbelanja, sehingga mengurangi plastik-plastik yang biasa diberikan
pedagang untuk mewadahi belanjaan kita. Coba hitung berapa kantung
plastik yang kita dapat dari sekali pembelanjaan ke pasar. Plastik
adalah musuh besar bagi lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai.
Perlu ratusan tahun agar plastik dapat terdekomposisi.
Pemerintah telah
menetapkan Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun tidak hanya pemerintah dan aktivis
yang perlu pro aktif dalam pengelolaan sumber daya alam, saya yakin
bahwa tanggungjawab memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan,
melakukan penghijauan dan melestarikan alam, adalah tanggung jawab
setiap individu. Kita semua memiliki tanggung jawab itu, sebagai
manusia, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warga dunia. Dan kita
pun bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita agar memiliki
kesadaran tersebut agar terus berlanjut sampai generasi yang akan
datang.
http://miramarsellia.com/2010/03/24/hijaulah-rumahku-hijaulah-bumiku/
EmoticonEmoticon